Sabtu, 23 November 2013
(Observasi Lokalisasi Kemayoran
1)
Lembar pertama observasi dimulai dari sini. Berdasarkan
kesepakatan bersama, tujuan kelompok kita adalah dunia malam. Dunia yang dimana
tersimpan sebuah cerita yang tidak lazim dikonsumsi masyarakat umum. Fokus kami
adalah dunia prostitusi didaerah kemayoran. Daerah lokalisasi yang cukup
dikenal masayarakat.
Ditemani cahaya rembulan kita mengumpulkan sedikit keberanian
menghampiri Bapak Tua penjual minuman dengan sebuah strategi. “Aquanya berapa Pak?” Tanya kita pada Bapak tua itu. Setelah
membeli minuman, kita gali sedikit informasi kecil mengenai daerah tersebut.
Konon diceritakan , wilayah yang kita singgahi ini merupakan area
prostitusi . Langsung saja kita tanyakan Bapak tua ini dengan pertanyaan to the point . “ Pak saya denger, disini
ada wanita malam ya?” Diluar dugaan ternyata Pak Tua itu tidak memungkiri hal
tersebut, bahkan menyatakan diri bahwa ia seorang muchikari “Iya bener Dek, Saya juga punya
banyak anak buah disini”.
Melihat respon yang baik, kita mulai mengobrol sedikit tentang
profesi yang ditekuni Pak Tua yang akhirnya kuketahui bernama Yanto . Beliau
menceritakan bahwa Ia berjualan minuman hanya sebagai hiasan. Penghasilan ya
tentu tidak seberapa lah dari minuman. Disamping berjualan, ternyata Pak Yanto
juga menampung wanita-wanita muda, yang ingin terjun di dunia malam.
Tidak lama kami mengobrol, datang seorang Bapak yang kutaksir
berusia 30 tahunan menghampiri Pak Yanto. Karena didatangi tamu dan hari yang
sudah semakin larut, kita putuskan untuk berpamitan dan pulang terlebih dahulu
dan mulai mengorek informasi dihari selanjutnya.
Pak Yanto berpesan agar datang kembali esok hari pukul 20.00 bila
ingin bertemu dengan wanita malam yang tinggal bersamanya. Untuk pertemuan
pertama kita harus datang maleman untuk berkenalan, namun jika sudah kenal dan
dekat bisa ditemui kapan saja, begitulah kira-kira pesan Pak Yanto.
Senin, 25 November 2013
(Observasi Lokalisasi Kemayoran 2)
Selesai perkuliahan dan selesai menunaikan
ibadah, kira-kira pukul 18.30 kita berangkat menuju kemayoran. Walau sudah
cukup lelah dengan perkuliahan, tetap kita sempatkan waktu mengunjungi Pak
Yanto dan daerah lokalisasinya. Setengah jam kemudian, sampailah kita di
warung. Pak Yanto dengan wajah menyeringai menghampiri.
Jika belum kenal dan baru pertama
kali melihat, Pak Yanto terlihat cukup garang. Namun setelah bersalaman
satu-persatu kegarangan berubah menjadi kehangatan . Seakan tak terlihat lagi
rawutnya yang tadi cukup menyeramkan. Pak Yanto mempersilakan kami duduk dan
mencicipi dagangannya.
Waktu sudah cukup malam, beberapa
wanita sudah mulai menjajakan diri dijalanan berharap ada yang tertarik. Namun
menurut cerita Pak Yanto, mereka yang berkeliaran dijalanan sudah mempunyai centeng
dan mengejar setoran, sehingga tidak bisa didekati untuk sekedar mengobrol.
Dalam sehari wanita muda yang berkeliaran dijalanan bisa saja mengantongi 1
juta per tamu. Bayaran untuk tiap wanita tidak sama, tergantung paras dan
tawaran centeng kepada tamu. Untuk bayaran terendah adalah lima puluh ribu per
tamu.
Dengan bekerja seperti ini,
wanita-wanita malam itu dapat menghasilkan banyak uang tanpa harus bersusah
payah. Kehidupan yang hedonis menjerumuskan mereka pada pekerjaan ini. Ketika
kita tanya pada Pak Yanto, tentang kesehatan mereka, dan pernah tidak dilakukan
tes kesehatan, jawabannya adalah tidak. Hal ini membuat kita semakin miris
mendengarnya. Mereka tidak tahu bahaya apa yang mengincar, baik penyakit
menular seksual ataupun obat-obatan terlarang.
Usai mengobrol tentang
wanita-wanita malam itu, Pak Yanto mulai menyambung dengan cerita hidupnya. Pak
tua ini mengaku diri duda dan berpisah karena istrinya tidak setia. Walau
demikian banyak wanita muda hidup menemaninya. Beliau juga menceritakan
petualangan hidupnya dari seorang pelayar, kuli bangunan, hingga menjadi
pedagang seperti saat ini. Walau seorang penjual minuman Pak Tua ini juga
mengaku mengenyam pendidikan yang cukup tinggi yaitu sampai dengan D3 Ahli
Madya, teknik mesin. Jika diuji pengetahuannya, ternyata memang cukup
berpengalaman dan berpengetahuan.
Waktu semakin larut malam dan
menunjukan hamper pukul 22.00, akhirnya wanita muda yang dijanjikan kemarin
datang. Kami pun ditinggal mengobrol. Dari obrolan inilah kami tahu bahwa wanita-wanita
muda disini sudah banyak yang terjerumus obat-obatan terlarang dan tidak pernah
tahu tentang kesehatan seksualnya.
Dari sinilah kami mulai
berkonsentrasi untuk mengadakan aksi social dengan memberikan tes kesehatan
gratis, serta penanggulangan narkoba, pada warga didaerah lokalisasi tersebut.
Berakhirlah observasi hari kedua ini.
Rabu, 11 Desember 2013
(Observasi PKBI DKI Jakarta)
Matahari menjulang tinggi diatas kepala, saat itu pula kita sampai
di markas PKBI DKI Jakarta, di daerah pisangan. Disini kita disambut oleh senyuman
pria gemuk yang terlihat ramah. Kita diarahkan untuk menunggu di dalam yang
juga merupakan tempat berkumpulnya kaum muda ceria.Setelah masuk kita segera
berkenalan dengan kakak-kakak yang ceria sama seperti nama perkumpulannya.
Salah satu diantaranya yang kuingat adalah kakak cantik yang biasa
dipanggil Kak Ica, ia memulai
pembicaraan dengan menanyakan maksud kedatangan kita. Secara runtut kita
jelaskan maksud untuk mengajak PKBI bermitra dalam rangka menyelesaikan tugas
perkuliahan dan melaksanakan sebuah aksi social didaerah lokalisasi yang belum
dijamah petugas kesehatan.
Maksud ini disambut baik oleh Kak Ica, namun tentu saja bukan hanya
dia yang berhak mengambil dan menentukan keputusan. Dia pun mulai mengajak
diskusi pengurus lainnya. Singkat cerita mereka tidak berkeberatan dan
mengatakan akan segera memberi kabar dalam waktu 3 hari.
Usai mengutarakan maksud tujuan dan diskusi , Kak Ica mulai
mengganti fokus dengan memperkenalkan dan mengajak kita masuk dalam komunitas
Central Media Muda (CMM). Didalam komunitas ini, kita akan diajarkan beberapa
teknik jurnalistik dan teknik menjadi penyiar radio. Ia menceritakan dan menjelaskan secara
mendetail tentang CMM.
Menurut kita CMM adalah sebuah organisasi yang positif dan mampu
mencegah dan menanggulangi pergaulan bebas yang tidak sehat. Disini para remaja
bisa menyalurkan bakat dan talenta mereka dengan banyak kegiatan. Sebenarnya
ketertarikan bergabung ada pada diri kita, hanya saja kita sangat disibukan
dengan kegiatan perkuliahan sehingga tidak bisa berpartisipasi dalam komunitas
ini.
Usai berbincang, kita pun segera berpamitan kepada Kak Ica dan
pengurus lainnya. Waktu telah menunjukan pukul 14.30 kita mesti mengikuti
perkuliahan sebentar lagi. Sebelum kembali ke Kampus, oleh Kak Ica kita diajak berkeliling
di Puskesmasnya untuk menyaksikan proses dari awal seorang diterima hingga
didampingi sampai pulang. Walau terlihat cukup sederhana, namun pengunjung
Puskesmas ini cukup banyak.
Setelah mengikuti Kak Ica berkeliling dan mengamati proses
penanganan pasien, kita pun segera berpamitan pergi dan tidak mengambil sedikit
moment untuk diabadikan. Tidak membuang waktu lagi, kita segera kembali menuju kampus. Observasi
hari ini pun berakhir.
Selasa, 17 Desember 2013
(Observasi Lokalisasi Kemayoran 3)
Setelah mendapat kabar dari PKBI DKI Jakarta, aksi social yang
kita diskusikan kemarin mungkin dilaksanakan bekerjasama dengan PKBI Jakarta
Timur, Kami pun segera ingin memberitakan kabar baik ini pada Pak Yanto dan
minta agar diantar ke Pak RT.
Bekejar dengan waktu, kita sempatkan diri mengunjungi Pak Yanto,
guna mengorek sedikit informasi lagi. Hari itu cuaca cerah dan terik menghiasi
perjalanan kita. Tepat pukul 12.00 kita sampai dilokasi, langsung saja
menghampiri rumah Pak Yanto yang mungkin dapat dikatakan gubuk dilihat dari
bentuknya.
Berkali-kali mengetuk pintu dan mengucap salam, belum ada
tanda-tanda kehidupan didalamnya. Setelah bosan memanggil dan mengetuk kita
tanyai salah seorang tetangganya. Dengan terburu-buru pria itu menjawab kurang
tahu, kemudian berlalu dari pandangan.
Tak menyerah kita ketuk lagi pintunya dan muncul seorang wanita dan
bertanya "mencari siapa ya?" langsung saja kita jawab ingin mencari
Pak Yanto. Wanita cantik itu menjawab bahwa Pak Yanto sedang diwarung. Baiklah
dengan mengucapkan terima kasih dan salam perpisahan kita pun pergi.
Sampai
diwarung satu-persatu kita bersalaman dan kemudian dipersilakan duduk dan
ditawarkan minum. Seperti biasa dengan perawakannya yang ramah tamah dan suka
mengobrol, Ia memulai pembicaraan dengan cerita petualangan hidupnya yang
rasa-rasanya sudah sangat familiar.
Setelah cukup lama mengobrol, kita sudahi basa basi, mengingat
sebentar lagi harus bergegas kembali kekampus mengikuti perkuliahan. Langsung
saja kita jelaskan maksud dan tujuan untuk meminta restu Pak RT guna memuluskan
aksi social kita nantinya,
Usai menjelaskan, kita meminta Pak Yanto agar diantarkan ke Pak RT
setempat untuk mendiskusikan aksi sosial yang rencananya akan dilakukan akhir
tahun di tempat ini. Pak Yanto pun menyudahi ceritanya dan mulai berjalan ke
daerah perkumuhannya untuk mencarikan Pak RT.
Lama menunggu, Pak Yanto tidak kunjung kembali dan memberi kabar. Waktu
terus berjalan, meninggalkan kita yang berdiam menunggu. Semakin mendekati
waktu perkuliahan, kita pun mengabari Pak Yanto melalui pesan singkat (SMS)
akan kembali lagi esok hari. Walau tidak mendapatkan hasil apapun, kita tetap
mensyukuri observasi hari ini sebagai sebuah proses.
Rabu, 18 Desember 2013
(Observasi Lokalisasi Kemayoran
4)
Hari menjelang sore dan matahari telah berpindah ke Barat. Setelah
kemarin berjanji akan kembali ke Pak Yanto, kita pun menepati janji. Pukul
18.00 sore kita sampai di warung. Pak Yanto mempersilakan duduk dan kembali
menyambut dengan ceritanya yang tidak jauh berbeda dari kemarin.
Karena waktu yang sudah cukup larut, kita langsung ketujuan utama
mencari Pak RT. Tidak berkata banyak lagi Pak Yanto mengajak kita ke gubuknya.
Sesampai disana Pak Yanto tidak langsung mencarikan nomor telepon Pak RT, namun
mulai menceritakan kembali hidupnya digubuk itu. Walalu agak jengkel
yasudahlah, kita juga semakin paham tentang kaum yang termarjinalisasi dari
ceritanya.
Lama mendengarkan cerita akhirnya diberikanlah nomor telepon itu.
Salah satu dari kita mencoba menghubungi nomor yang diberikan. Tidak berapa
lama terhubung, dan selesai berbicara terputus. Pak Yanto mulai bercerita
kembali dan tak lama kemudian terdengar ketukan. Muncul sosok seorang lelaki
berkumis tebal dibalik pintu. Pak Yanto pun segera mempersilakan masuk dan
berpamitan ingin menjaga warung.
Langsung
saja kita sampaikan maksud kedatangan meminta izin kepada pria berkumis itu
untuk melakukan aksi social memberikan penyuluhan dan diskusi bersama warga.
Ternyata Pak kumis yang tadinya kita sangka Pak RT, hanyalah seorang hansip. Namun
beliau sangat mendukung ide dan gagasan kita dan mau mengantarkan ke Pak RT
yang asli, hehe.
Baiklah, kita kemudian menyusuri kembali daerah kumuh tersebut
untuk mencari Pak RT. Sebelum sampai pada Pak RT kita di bawakan ke rumah
Sekretaris RT terlebih dahulu, entah apa tujuannya, yang jelas kita mulai
sedikit gelisah karena di over-over.
Dari rumah Sekretaris RT kita melanjutkan perjalanan kerumah Pak RT.
Sampai dirumah Pak RT, kita kembali menjelaskan maksud kedatangan
secara runtut. Baik dari tugas perkuliahan hingga pada keinginan kita melakukan
sebuah aksi social dengan memberikan pemeriksaan kesehatan (VCT) gratis bagi
warga ataupun hanya sekadar penyuluhan dan diskusi.
Pak RT yang belakangan diketahui bernama Pak Suindar menyambut
baik niat kita. Beliau terlihat antusias dan sangat terbuka. Hanya saja beliau
juga berpesan agar menarik bagi warga, kita harus diberikan sovenir bagi
mereka. Setelah berdiskusi kita pun menyanggupi dan mengucapkan terima kasih
dan salam perpisahan. Observasi hari ini pun berakhir.
Selasa, 24 Desember 2013
(Observasi PKBI Jakarta Timur)
Dikarenakan Pak Direktur sedang berada di Puncak, kita tidak bisa
bertemu dan berkonsultasi secara langsung dalam waktu dekat, hingga mesti
menunggu Selasa depan, terpaksalah berkonsultasi dengan whatsapp messenger.
Karena belum bertemu langsung maksud dan tujuan kami secara jelas dan
mendetailnya belum tersampaikan ke Pak Direktur.
Hari yang ditunggu akhirnya tiba , tengah hari kita berkumpul di
Kampus dan siap menyambangi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
mitra kita untuk melakukan aksi sosial nantinya. Walau terbilang cukup jauh di
daerah Ciracas sana, antusias kita tidak padam, demi menyelesaikan tugas
perkuliahan dan tanggung jawab sosial. Setelah menunaikan ibadah, tepat pukul
13.00 kita berangkat.
Singkat cerita kurang lebih pukul 14.00 kita tiba di PKBI Jakarta
Timur. Hanya terlihat seorang resepsionis didepan meja. Walau sudah membuat
janji, di sana kita diminta untuk menunggu Pak Direktur yang sedang rapat
mendadak. Menunggu dan hanya menunggulah yang dapat kita lakukan saat itu.
Hampir satu jam menunggu, ditemani hujan rintik-rintik, Pak
Direktur tiba di tempatnya. Muncul kembali senyuman kita yang sempat hilang
karena kepenatan. Diluar dugaan ternyata Pak Direktur yang sering kita panggil
Kak Jun dan terlihat agak galak itu, ternyata tidak segalak penampilannya,
bahkan sangat bersahabat .
Kita menjelaskan secara runtut gagasan yang telah dibicarakan
sebelumnya ke PKBI DKI Jakarta dan kemudian diarahkan ke PKBI cabang Jakarta
Timur. Tanpa berbasa basi lagi , kita segera mengutarakan tujuan untuk
melaksanakan aksi sosial, tes kesehatan di daerah Lokalisasi Kemayoran dalam
waktu dekat ini maksimal hingga akhir tahunlah.
Keterbatasan tim medis menjelang penutupan tahun dikarenakan ingin
cuti dan sudah banyak jadwal penting lainnya , maka dengan alasan tersebut sudah
tercerminkan ketidak sanggupan. Melihat kegelisahan kami Kak Jun yang baik
hati, segera dan memberikan pilihan. Beliau menyarankan kita melakukan
penyuluhan di daerah yang sudah dijangkaunya agar dapat difasilitasi dan
didampingi , daerahnya yaitu di Panti Pijet, Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur.
Walau
sedikit kecewa, karena rencana yang sudah kita persiapkan cukup matang terancam
gagal. Banyak waktu kita terhening dan merenung hingga seseorang membuka suara.
"Bagaimana ?" Tanya Kak Jun, memecahkan keheningan.
Selesai berdiskusi, kita pun menerima saran Kak Jun, dengan
catatan kita harus melakukan observasi terlebih dahulu disana selama beberapa
kali untuk mengenal lebih dekat dengan subjek yang akan kita berikan
penyuluhan. Jangan sampai kita ditolak dan bahkan menyinggung mereka. Observasi
hari ini pun berakhir.
Jumat, 27 Desember 2013
(Observasi Lokalisasi Panti Pijet
)
Jumat tepat pukul 12.00 kita bertemu kembali dengan Kak Jun di
PKBI DKI Jakarta, karena kebetulan beliau ada rapat disini. Kita dipersilakan
memasuki ruang meeting untuk berkoordinasi dan memantapkan persiapan aksi
nantinya.
"Jadi bagaimana?" tanya Kak Jun memulai pembicaraan. Kita
mulai berdiskusi kembali, Kak Jun mengarahkan untuk membuat materi yang akan
disampaikan dalam penyuluhan dan diskusi nantinya.
Content yang harus dimasukan dalam penyuluhan menurut Kak Jun
adalah mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS), Pemeriksaan Kesehatan (VCT),
Penggunaan Kondom yang tepat. Hal-hal tersebut merupakan materi yang standar
digunakan dalam penyuluhan dan diskusi di daerah lokalisasi.
Selesai berbicara materi, dan melihat contoh presentasi yang sudah
ada, kita mulai mengerti dan mempunyai gambaran untuk menyajikan materi yang
akan disampaikan nantinya. Waktu menunjukan pukul 13.00, Kak Jun mesti segera
menghadiri rapat dan kita pun segera berpamitan.
Setelah pertemuan dengan Kak Jun kita kembali ke kampus dan segera
mengikuti Ujian Akhir Semester . Setelah ujian berakhir, kita berkumpul kembali
mendiskusikan teknis lapangan untuk aksi sosial nantinya.
Setelah berdiskusi kita membentuk panitia kecil dan membagi-bagi
tugas untuk mempersiapkan acara . Setelah pembentukan panitia dengan
masing-masing jobdesk, kita
mempersiapkan diri untuk survey lokasi dan melakukan pendekatan ke panti pijat
yang akan diberikan penyuluhan.
Dalam survey kali ini kita sedikit mewawancarai Ibu yani pemilik
Panti Pijet dan membagikan kuesioner pada keenam staff-nya . Isi wawancara yang diambil secara eksklusif dapat
dilihat pada lampiran video diakhir laporan ini. Setelah mengobrol sedikit kami
berpamitan pulang dan inilah akhir dari observasi kita. Aksi sosial akan dilakukan pada tanggal 30 Desember 2013. Simak aksi kita dipostingan selanjutnya.