Rabu, 17 April 2013

Memandang Politik Indonesia


"Ketika Generasi Muda Berbicara Politik"
(oleh : Yulius Permata)

Disaat menggoreskan jejak pada dunia poltik, khayalak ramai akan berteriak, Politik itu kotor! Politik itu jahat! Politik itu gila akan kuasa!, kalimat-kalimat itu secara sadar dan tidak sadar akan langsung terlontar, karena busuknya citra politik di mata masyarakat akibat terjadinya banyak ketidakadilan dalam dunia politik. Banyak orang tua menanamkan presepsi buruk akan politik pada anak-anaknya, dengan tujuan agar putra-putrinya itu, tidak terjun dalam rana politik. Namun,apakah itu adalah tindakan yang benar?

Presepsi buruk mengenai politik, secara turun-temurun diwariskan pada generasi-generasi penerus. Lantas banyak muda/mudi  lebih senang bergosip dibandingkan berdiskusi politik,  kata-kata politik seakan hilang dari pikiran anak muda. Mereka lebih haus akan bersenang-senang ketimbang haus akan masa depan serta kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini semua terjadi karena lingkungan yang salah, dimana mereka menganggap bahwa politik adalah sesuatu yang tabu dan kotor.

Sampai kapankah hal ini harus terus berlanjut? Disaat bangsa kita ini mengalami sebuah krisis kepemimpinan, tak seorang pun pemuda yang dapat diharapakan, jika kondisi tidak berubah. Sudah saatnya kita terbangun dari kebodohan, pendidikan politik sudah menanti, tinggalkan celoteh lama, tinggalkan hawa nafsu bersenang – senang, pikirkan masa depan dan kehidupan berbangsa dan bernegara, jangan hanya mau disuapi oleh laporan-laporan palsu, jangan hanya meratapi ketidakadilan tanpa bisa bertindak, jangan membuat malu dan menangis para pendahulu.

Jika ada yang berkata politik itu hanya untuk mereka yang sudah berusia, berpengalaman dan banyak makan asam garam, itu hanyalah anggapan orang-orang kolot, secara jelas pendidikan politik sudah diajarkan dan masuk dalam kurikulum bangku SMA. Kita ini adalah orang muda, didalam darah mengalir darah para pejuang. Di dalam politik kita belajar menjadi seorang pemimpin. Mereka yang tidak mengenal politik selamanya akan menjadi budak dan tidak akan pernah mengenal dunia yang sesungguhnya, Oleh sebab itu sedini mungkin konsep politik sudah harus masuk dalam alam bawah sadar kita.

Disaat Negara mengalami krisis politik, inilah saatnya generasi muda masuk dan mulai mengambil andil dalam menyelamatkan bangsa dan negara. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa suhu perpolitikan di Indonesia, saat ini sudah mengalami sebuah titik jenuh, sebagai akibat dipimpin oleh elite politik ataupun pemangku kepentingan yang sudah lama memimpin, sehingga kurangnya inovasi dalam pemerintahan. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat bersama dalam pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 

Dalam era pemerintahan Presiden SBY jilid 2, terlihat jelas adanya kejenuhan politik di Indonesia. Hal ini terbukti dengan terjadinya berbagai kasus politik yang mengganggu stabilitas Negara. Dari berbagai kasus yang terjadi selama 4 tahun terakhir, terlihat sekali menurunnya  popularitas partai pemerintah saat ini, khususnya partai Demokrat, berdasarkan hasil survey beberapa lembaga survey yang ada di Indonesia. Ini menunjukan bahwa permintaan masyarakat akan partai pemerintah mengalami penurunan yang diakibatkan oleh kurangnya inovasi dalam mensejahterahkan masyarakat, karena dipimpin oleh penguasa-penguasa lama yang tidak mempunyai reputasi baik ataupun korupsi, dan terpilih menjadi pemimpin hanya karena senioritas. Walau terbukti korupsi masih saja ada yang dipertahankan, sebelum adanya penandatanganan pakta integritas.

Kasus yang aktual saat ini adalah ditetapkannya Anas Urbaningrum sebagai tersangka dalam proyek Hambalang, hal ini semakin menambah panas suhu politik di Indonesia. Negara yang demokratis kini tidak lagi terlihat, bahkan cenderung kearah oligarkis. Seorang Presiden sekaligus Kepala Negara dilimpahi begitu banyak jabatan, sebagai Ketua Dewan Pembina, Ketua Dewan Kehormatan, dan Ketua Majelis Tinggi, bagaimana Negara ini masih bisa disebut demokratis?   

Dari semua fakta yang disebutkan diatas, masih bisakah ada anggapan bahwa “Politik hanya bagi mereka yang sudah dewasa?” Mau jadi apa republik ini, jika kita generasi muda tidak ikut berpartisipasi dalam dunia politik , membiarkan semua dijalankan oleh elite politik yang sudah dewasa. Siapa yang mengontrol jalannya pemerintahan kalau bukan kita generasi muda ? Hal ini patut dipertanyakan pada hati nurani kita , anak-anak bangsa yang belum begitu peduli pada dunia politik.

Untuk terjun dalam dunia politik, tidak perlu hal besar yang mesti kita lakukan. Mulailah dari keluarga, misalnya jika ingin rekreasi hendaknya adalah konsensus, jika sudah terbangun didalam keluarga mulailah dengan terlibat di dalam organisasi sekolah seperti OSIS (untuk tingkat SMP dan SMA) dan BEM (untuk tingkat Mahasiswa) dan organisasi-organisasi lainnya, guna mengembangkan penalaran politik. Selain itu jika sudah berusia 17 tahun, atau telah memenuhi persyaratan dalam pemilihan umum, hendaklah memberikan suara dengan menjadi pemilih yang cerdas dengan memperhatikan latar belakang kandidat yang hendak dipilih.

Jika kita melihat realita, adanya campur tangan generasi muda dalam menyuarakan pendapat, khususnya bagi kalangan mahasiswa yang peduli dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan memberikan suaranya yang sekaligus adalah suara rakyat Indonesia melalui demonstrasi yang bertanggung jawab, maupun melalui media massa untuk mengatur kendali pemerintahan yang tidak tepat sasaran ataupun cenderung otoriter. Disinilah terlihat generasi muda yang mempunyai kecintaan terhadap tanah air dan patut dicontoh oleh semua anak bangsa.

Harapan kita bersama agar adanya transparansi dalam penyelenggaraan Negara, dengan melibatkan semua pihak, termasuk generasi muda dalam rana politik , dalam hal ini, khususnya untuk penentuan kebijakan pemerintah, yang menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga suhu politik di Indonesia bisa stabil kembali dan tidak hanya dikuasai oleh elite politik tertentu. Hal ini tentunya juga akan mengurai kejenuhan perpolitikan yang sudah mencapai klimaks dan pada akhirnya terus-menerus merosot hingga berdampak dalam merosotnya kinerja pemerintah dalam berbagai bidang.

Kiranya sudah dapat disimpulkan bahwa mereka yang mengatakan bahwa politik hanyalah bagi mereka yang sudah dewasa, adalah salah besar. Karena orang yang paling mempunyai andil dalam menstabilisasikan keadaan politik adalah generasi muda. Generasi muda adalah pihak yang paling kompeten dalam mengontrol ataupun mengevaluasi jalannya pemerintahan demi menegakkan keadilan, suara mereka adalah suara rakyat yang sudah tidak mampu lagi untuk memperjuangkan hak-hak yang seharusnya diperoleh masyarakat. Dari generasi muda muncul pemikiran-pemikiran berlian, yang mungkin tidak dimiliki para elite politik yang saat ini menjabat.
 
Sudah saatnya generasi muda dibekali oleh pendidikan politik yang lebih mendalam, didalam sebuah kurikulum ataupun memberikan mata kuliah politik, untuk setiap jurusan yang ditekuni oleh mahasiswa, dalam rangka menciptakan anak muda yang berkarakter, agar kepintaran yang mereka miliki nantinya tidak saja mensejahterahkan dirinya sendiri melainkan untuk kesejahteraan orang banyak. Dengan demikian, tujuan pemerintah memberikan porsi APBN dalam dunia pendidikan untuk membangun sumber daya manusia yang kompeten terpenuhi dengan selarasnya kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya pendidikan politik maka, optimisme untuk memandang NKRI kedepan, dengan poltiknya yang santun akan membuat para pejuang tersenyum manis.