"Ketika Generasi Muda Berbicara
Politik"
(oleh : Yulius Permata)
Disaat menggoreskan jejak pada dunia poltik, khayalak ramai
akan berteriak, Politik itu kotor! Politik itu jahat! Politik itu gila akan
kuasa!, kalimat-kalimat itu secara sadar dan tidak sadar akan langsung
terlontar, karena busuknya citra politik di mata masyarakat akibat terjadinya
banyak ketidakadilan dalam dunia politik. Banyak orang tua menanamkan presepsi
buruk akan politik pada anak-anaknya, dengan tujuan agar putra-putrinya itu, tidak
terjun dalam rana politik. Namun,apakah itu adalah tindakan yang benar?
Presepsi buruk mengenai politik, secara turun-temurun
diwariskan pada generasi-generasi penerus. Lantas banyak muda/mudi lebih senang bergosip dibandingkan berdiskusi
politik, kata-kata politik seakan hilang
dari pikiran anak muda. Mereka lebih haus akan bersenang-senang ketimbang haus
akan masa depan serta kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini semua terjadi
karena lingkungan yang salah, dimana mereka menganggap bahwa politik adalah
sesuatu yang tabu dan kotor.
Sampai kapankah hal ini harus terus berlanjut? Disaat bangsa
kita ini mengalami sebuah krisis kepemimpinan, tak seorang pun pemuda yang
dapat diharapakan, jika kondisi tidak berubah. Sudah saatnya kita terbangun
dari kebodohan, pendidikan politik sudah menanti, tinggalkan celoteh lama,
tinggalkan hawa nafsu bersenang – senang, pikirkan masa depan dan kehidupan
berbangsa dan bernegara, jangan hanya mau disuapi oleh laporan-laporan palsu, jangan
hanya meratapi ketidakadilan tanpa bisa bertindak, jangan membuat malu dan
menangis para pendahulu.
Jika ada yang berkata politik itu hanya untuk mereka yang
sudah berusia, berpengalaman dan banyak makan asam garam, itu hanyalah anggapan
orang-orang kolot, secara jelas pendidikan politik sudah diajarkan dan masuk
dalam kurikulum bangku SMA. Kita ini adalah orang muda, didalam darah mengalir
darah para pejuang. Di dalam politik kita belajar menjadi seorang pemimpin.
Mereka yang tidak mengenal politik selamanya akan menjadi budak dan tidak akan
pernah mengenal dunia yang sesungguhnya, Oleh sebab itu sedini mungkin konsep
politik sudah harus masuk dalam alam bawah sadar kita.
Disaat Negara mengalami krisis politik, inilah saatnya
generasi muda masuk dan mulai mengambil andil dalam menyelamatkan bangsa dan
negara. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa suhu perpolitikan di
Indonesia, saat ini sudah mengalami sebuah titik jenuh, sebagai akibat dipimpin
oleh elite politik ataupun pemangku kepentingan yang sudah lama memimpin,
sehingga kurangnya inovasi dalam pemerintahan. Hal ini dapat dibuktikan dan
dilihat bersama dalam pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 yang
dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dalam era pemerintahan Presiden SBY jilid 2, terlihat jelas
adanya kejenuhan politik di Indonesia. Hal ini terbukti dengan terjadinya
berbagai kasus politik yang mengganggu stabilitas Negara. Dari berbagai kasus
yang terjadi selama 4 tahun terakhir, terlihat sekali menurunnya popularitas partai pemerintah saat ini, khususnya
partai Demokrat, berdasarkan hasil survey beberapa lembaga survey yang ada di Indonesia.
Ini menunjukan bahwa permintaan masyarakat akan partai pemerintah mengalami
penurunan yang diakibatkan oleh kurangnya inovasi dalam mensejahterahkan
masyarakat, karena dipimpin oleh penguasa-penguasa lama yang tidak mempunyai
reputasi baik ataupun korupsi, dan terpilih menjadi pemimpin hanya karena
senioritas. Walau terbukti korupsi masih saja ada yang dipertahankan, sebelum
adanya penandatanganan pakta integritas.
Kasus yang aktual saat ini adalah ditetapkannya Anas
Urbaningrum sebagai tersangka dalam proyek Hambalang, hal ini semakin menambah
panas suhu politik di Indonesia. Negara yang demokratis kini tidak lagi
terlihat, bahkan cenderung kearah oligarkis. Seorang Presiden sekaligus Kepala
Negara dilimpahi begitu banyak jabatan, sebagai Ketua Dewan Pembina, Ketua
Dewan Kehormatan, dan Ketua Majelis Tinggi, bagaimana Negara ini masih bisa
disebut demokratis?
Dari semua fakta yang disebutkan diatas, masih bisakah ada
anggapan bahwa “Politik hanya bagi mereka yang sudah dewasa?” Mau jadi apa
republik ini, jika kita generasi muda tidak ikut berpartisipasi dalam dunia
politik , membiarkan semua dijalankan oleh elite politik yang sudah dewasa.
Siapa yang mengontrol jalannya pemerintahan kalau bukan kita generasi muda ?
Hal ini patut dipertanyakan pada hati nurani kita , anak-anak bangsa yang belum
begitu peduli pada dunia politik.
Untuk terjun dalam dunia politik, tidak perlu hal besar yang
mesti kita lakukan. Mulailah dari keluarga, misalnya jika ingin rekreasi
hendaknya adalah konsensus, jika sudah terbangun didalam keluarga mulailah
dengan terlibat di dalam organisasi sekolah seperti OSIS (untuk tingkat SMP dan
SMA) dan BEM (untuk tingkat Mahasiswa) dan organisasi-organisasi lainnya, guna
mengembangkan penalaran politik. Selain itu jika sudah berusia 17 tahun, atau
telah memenuhi persyaratan dalam pemilihan umum, hendaklah memberikan suara
dengan menjadi pemilih yang cerdas dengan memperhatikan latar belakang kandidat
yang hendak dipilih.
Jika kita melihat realita, adanya campur tangan generasi
muda dalam menyuarakan pendapat, khususnya bagi kalangan mahasiswa yang peduli
dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan memberikan suaranya yang
sekaligus adalah suara rakyat Indonesia melalui demonstrasi yang bertanggung
jawab, maupun melalui media massa untuk mengatur kendali pemerintahan yang
tidak tepat sasaran ataupun cenderung otoriter. Disinilah terlihat generasi
muda yang mempunyai kecintaan terhadap tanah air dan patut dicontoh oleh semua
anak bangsa.
Harapan kita bersama agar adanya transparansi dalam
penyelenggaraan Negara, dengan melibatkan semua pihak, termasuk generasi muda
dalam rana politik , dalam hal ini, khususnya untuk penentuan kebijakan pemerintah,
yang menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga suhu politik di Indonesia
bisa stabil kembali dan tidak hanya dikuasai oleh elite politik tertentu. Hal
ini tentunya juga akan mengurai kejenuhan perpolitikan yang sudah mencapai klimaks
dan pada akhirnya terus-menerus merosot hingga berdampak dalam merosotnya
kinerja pemerintah dalam berbagai bidang.
Kiranya sudah dapat disimpulkan bahwa mereka yang mengatakan
bahwa politik hanyalah bagi mereka yang sudah dewasa, adalah salah besar.
Karena orang yang paling mempunyai andil dalam menstabilisasikan keadaan
politik adalah generasi muda. Generasi muda adalah pihak yang paling kompeten
dalam mengontrol ataupun mengevaluasi jalannya pemerintahan demi menegakkan
keadilan, suara mereka adalah suara rakyat yang sudah tidak mampu lagi untuk
memperjuangkan hak-hak yang seharusnya diperoleh masyarakat. Dari generasi muda
muncul pemikiran-pemikiran berlian, yang mungkin tidak dimiliki para elite
politik yang saat ini menjabat.
Sudah saatnya generasi muda dibekali oleh
pendidikan politik yang lebih mendalam, didalam sebuah kurikulum ataupun
memberikan mata kuliah politik, untuk setiap jurusan yang ditekuni oleh
mahasiswa, dalam rangka menciptakan anak muda yang berkarakter, agar kepintaran
yang mereka miliki nantinya tidak saja mensejahterahkan dirinya sendiri
melainkan untuk kesejahteraan orang banyak. Dengan demikian, tujuan pemerintah
memberikan porsi APBN dalam dunia pendidikan untuk membangun sumber daya
manusia yang kompeten terpenuhi dengan selarasnya kesejahteraan masyarakat.
Dengan adanya pendidikan politik maka, optimisme untuk memandang NKRI kedepan,
dengan poltiknya yang santun akan membuat para pejuang tersenyum manis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar