Senin, 02 Februari 2015

Pelayaran Panjang Bertaruhkan Diri

Pelayaran Panjang Menuju Ibu Kota

Berlayar, sebuah kebanggaan tiap insan rindu aktualitas diri. Bermodal tekat bulat menciptakan kesuksesan. Melangkah walau tak ingin. Menggoreskan diri pada jalanan penuh liku.

Tak gentar melangkah, demi cita-cita besar. Berlayar dengan kawanan perantau. Berbagi nasib dan tanggungan bersama. Terpisah dari keluarga tersayang.

Penginapan di laut lepas, terasing dari pulau. Suasana tak ubah pengungsian. Sungguh berbeda dengan khayalan. Penginapan yang layak sungguh jauh dari kenyataan.

Pelayanan yang diakomodir pemerintah sungguh mengecewakan. Berbeda pelayanan swasta yang begitu nyaman. Pelayaran yang diselenggarakan pimpinan negri ini,tak layak konsumsi.

Butuh pendisiplinan, pelatihan, dan pendampingan mewujudkan pelayaran berkualitas. Pengangkutan penumpang melebihi kuota beresiko. Penjalan kepentingan bagai tak melihat. Menutup mata pada kesemerawutan.

Insan miskin tak berdaya, hanya diam. Tak kuasa berkoar, menuntut keadilan. Siapa peduli kondisi penumpang ? Hanya uang dan kuasa, yang bicara. Kenyamanan milik orang berpunya.

Posisi berbahaya, diberikan izin untuk dihuni. Tak peduli keselamatan insan yang rawan jatuh ke laut. Asal tiket terjual, apapun dihalalkan. "Sampai kapankah situasi ini digenerasikan?" Entahlah.

Hunian yang tak nyaman bukan saja masalah Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni). Pemberian konsumsi juga masalah besar. Penumpang diberikan makanan yang layak dikonsumsi kucing.
Tak diberikan minum, nasi yang hitam, lauk pauk juga tidak ada.

Disaat melepaskan hasrat membuang kotoran tubuh, juga menjengkelkan. Semua serba tidak terurus. Penumpang diperbanyak tanpa diimbangi sarana dan prasarana.

Ingin rasanya menerjang pimpinan pelayaran. Namun apa daya bertindak, kuasa membutakan semua. Hanya bisa mencurahkan kekesalan mendalam ini dalam sebuah tulisan.


Kiranya, essay pendek ini dapat dibaca dan ditindak lanjuti pimpinan negri ini. Besar harapan kelak tiada lagi kesemerawutan dalam pelayanan PT.Pelni. Khususnya, untuk kuota penumpang,makanan layak konsumsi, dan sarana prasarana yang menunjang keperluan jasmani seperti membuang kotoran tubuh. (Yulius FE/UNJ)

Dokumentasi :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar