Minggu, 15 November 2020

Penyesalan

Penyesalan Pengesahan Undang-Undang Omnibus Law

Terakhir menulis mungkin pada saat terakhir kali menyelesaikan pendidikan tinggi disebuah universitas negeri di kota Jakarta. Awalnya saya menganggap itu adalah terakhir kali tulisan yang akan dipost diblog ini. Namun ternyata takdir berkata lain, akhirnya di titik ini inginnya rasanya menulis untuk dibagikan bagi orang lain, karena sebuah cerita akan bermakna jika dibagikan. Mungkin bagi banyak orang saya adalah orang yang mencintai drama, karena hidup sering kali penuh drama yang tidak pernah berakhir. Entah ada yang suka ataupun sudah sangat muak, terseralah masing - masing punya hak untuk menilai.

Dahulu menjadi sesorang penulis dilingkungan kampus, berbicara terkait hal-hal pendidikan, sosial, politik dan hingga yang terkahir tentang kehidupan yang berjudul dinamika blog ini dirilis. Dahulu mampu berbicara dengan lantang terkait keadilaan yang banyak belum dinikmati oleh masyarakat kecil serta merasa mempunyai solidaritas tinggi pada kaum marjinal. 

Pelan-pelan semua itu terkikis ketika memasuki dunia kerja dan menjadi seorang praktisi publik. Bahkan ketika masyarakat kecil tertindas dengan Undang-Undang Cipta Kerja atau yang lebih dikenal dengan Omnibus Law saya tetap diam dan bahkan menyuarakan lewat tulisanpun tidak. Ini mungkin menjadi satu penyesalan pertama, ditahun 2020 ini. Saya merasa telah menjadi seorang yang sombong dan lupa darimana saya berasal. Mungkin memang tidak akan berpengaruh apa-apa, tetapi mereka yang terkena dampak akan mendapat penguatan dari sebuah tulisan, yang menceritakan dukungan pada mereka. 

Sebenarnya saya cukup sedih, ketika omnibus law ini di sah kan saya seringkali bertukar pendapat dengan rekan kerja, mereka seperti acuh dan tak acuh terkait kebijakan ini, padahal ini mungkin sangat berpengaruh pada kaum buruh. Sedih sekali saya ketika banyak rekan kerja menyalahkan kaum buruh yang telah bersusah payah berunjuk rasa untuk memperbaiki undang-undang yang merugikan kaum pekerja. Sering kali saya lebih memilih diam bahkan membela kaum buruh tersebut dari pada mengiyakan rekan kerja yang menyalahkan mereka, karena hati nurani saya berkata kalau apa yang diperjuangkan kaum buruh ini adalah benar.

Mungkin tulisan ini sudah tidak relevan dengan situasi saat ini, tapi saya ingin mereka tahu saya sebagai seorang yang cukup berpendidikan dan seorang praktisi yang berpihak pada kepentingan publik, ada di pihak mereka, dan mendukung mereka untuk memperjuangkan hak mereka yang telah dillindungi oleh Undang-Undang Dasar  (UUD 1945) yang telah dirumuskan oleh pendiri negara di republik ini, yakni  hak untuk memperoleh hidup yang layak.

Saat ini sebagai seorang praktisi publik dalam hal pemeriksaan laporan keuangan sering kali saya menemui case yang juga terbilang cukup unik, dan memerlukan penelaahan yang mendalam dan butuh analisis yang tajam terkait dengan kepentingan pemilik saham atau yang lebih dikenal dengan share holder. Sering kali share holder tidak tahu apa yang telah dilakukan oleh manajemen terkait usaha yang mereka miliki. Sebagai seorang praktisi publik saya ingin mereka tahu setidaknya apa yang terjadi dalam usaha mereka dan apa indikasi dari kecurangan manajemen pada usaha mereka. Terkait hal tersebut mungkin akan saya ceritakan dalam blog selanjutnya.

Kamis, 24 Maret 2016

Dinamika Blog di Rilis

Tidak terasa sudah lima tahun saya menulis blog. Rasa-rasanya tidak ada tulisan penting untuk setiap publikasi. Terima kasih untuk semua yg telah berpartisipasi dalam membaca setiap tulisan saya di blog ini. Entah merasa terbantu ataupun kecewa karena judul tidak sesuai dengan tulisan didalamnya, tapi percayalah semua tulisan dalam blog saya disampaikan sesuai dengan realita dan pemikiran saya, tanpa ada sedikitpun plagiarism, seperti tulisan orang yang tidak menghargai penulis dengan copy-paste tulisan tanpa menyantumkan nama penulis.
Setidaknya berdasarkan statistik blogger terdapat sebanyak 5000 kali penayangan tulisan saya. Ini artinya dalam satu tahun terdapat sekitar 1000 orang yg membaca tulisan saya. Berdasarkan hasil statistik ini saya menjadi kembali bersemangat menulis.Walaupun dalam setahun hanya beberapa publikasi, setidaknya saya sudah berbagi cerita bagi banyak orang.
Dalam kesempatan ini saya ingin menceritakan sedikit lika liku kehidupan saya slejak awal rilis blog di tahun 2011 hingga saat ini 2016.
Tahun 2011 saya mulai tertarik dengan menulis, tapi tidak tahu arahnya. Guru saya yg bijak mengatakan cara terbaik untuk menulis adalah dengan menulis. Wejangan ini membuat saya memanfaatkan blogger untuk menulis, tidak hanya untuk saya tetapi juga untuk orang lain.
Tahun 2012 adalah tahun kelulusan saya di SMA, sebuah moment beharga yg tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup. Ingin rasanya waktu berhenti berputar pada saat itu. SMA adalah tempat saya menemukan orang-orang terbaik. Jangan sedikitpun melewatkan kebersamaan di SMA.
Tahun 2013 adalah tahun peralihan dari SMA ke Perguruan tinggi. Pada masa ini saya mulai mengenal sedikit kerasnya kehidupan dan bagaimana menjadi orang. Di perguruan tinggi saya menjerumuskan diri pada hampir semua organisasi kampus untuk mengisi kekosongan waktu dan menjalin relasi. Dari hasil inilah tulisan tulisan saya di blog ini agak sedikit berkualitas. Organisasi yang sangat berperan adalah LKM UNJ, terima kasih LKM.
Tahun 2014 adalah masa bersenang-senang di perguruan tinggi. Ini adalah masa terindah kedua setelah masa SMA, masa dimana pertama kali berbaur dengan masyarakat setempat, khususnya masyarakat yg terlokalisasi. Masa ini membuat saya merasa dekat dengan seorang teman. Teman inilah yg membuat saya bersemangat kuliah sampai saat ini, walau mungkin hanya saya yg merasa dekat, ga apa deh.
Tahun 2015 adalah masa terakhir untuk bersenang-senang di perguruan tinggi. Karena setelah masa ini, kita akan diperkenalkan dengan dunia kerja yang membosankan dan melelahkan. Jika tidak ingin menyesali masa" indah disekolah, di masa inilah hargai setiap waktu bersama.
Tahun 2016 adalah masa untuk serius kuliah di perguruan tinggi, menyusun skripsi yang nantinya harus dipertanggung jawabkan, adapula yang memanfaatkan waktu kosong dimasa ini dengan magang di kantor. Masa ini membuat saya jarang bertemu dengan orang" terbaik saya, dengan kesibukan magang dan skripsi.
Itulah sekilas yang ingin disampaikan dalam lima tahun blog ini di rilis, mungkin hanya akan bermanfaat bagi saya, tapi ga apalah ya, buat yang udh membaca, terima kasih loh. (Yulius/FE UNJ)

Senin, 02 Februari 2015

Pelayaran Panjang Bertaruhkan Diri

Pelayaran Panjang Menuju Ibu Kota

Berlayar, sebuah kebanggaan tiap insan rindu aktualitas diri. Bermodal tekat bulat menciptakan kesuksesan. Melangkah walau tak ingin. Menggoreskan diri pada jalanan penuh liku.

Tak gentar melangkah, demi cita-cita besar. Berlayar dengan kawanan perantau. Berbagi nasib dan tanggungan bersama. Terpisah dari keluarga tersayang.

Penginapan di laut lepas, terasing dari pulau. Suasana tak ubah pengungsian. Sungguh berbeda dengan khayalan. Penginapan yang layak sungguh jauh dari kenyataan.

Pelayanan yang diakomodir pemerintah sungguh mengecewakan. Berbeda pelayanan swasta yang begitu nyaman. Pelayaran yang diselenggarakan pimpinan negri ini,tak layak konsumsi.

Butuh pendisiplinan, pelatihan, dan pendampingan mewujudkan pelayaran berkualitas. Pengangkutan penumpang melebihi kuota beresiko. Penjalan kepentingan bagai tak melihat. Menutup mata pada kesemerawutan.

Insan miskin tak berdaya, hanya diam. Tak kuasa berkoar, menuntut keadilan. Siapa peduli kondisi penumpang ? Hanya uang dan kuasa, yang bicara. Kenyamanan milik orang berpunya.

Posisi berbahaya, diberikan izin untuk dihuni. Tak peduli keselamatan insan yang rawan jatuh ke laut. Asal tiket terjual, apapun dihalalkan. "Sampai kapankah situasi ini digenerasikan?" Entahlah.

Hunian yang tak nyaman bukan saja masalah Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni). Pemberian konsumsi juga masalah besar. Penumpang diberikan makanan yang layak dikonsumsi kucing.
Tak diberikan minum, nasi yang hitam, lauk pauk juga tidak ada.

Disaat melepaskan hasrat membuang kotoran tubuh, juga menjengkelkan. Semua serba tidak terurus. Penumpang diperbanyak tanpa diimbangi sarana dan prasarana.

Ingin rasanya menerjang pimpinan pelayaran. Namun apa daya bertindak, kuasa membutakan semua. Hanya bisa mencurahkan kekesalan mendalam ini dalam sebuah tulisan.


Kiranya, essay pendek ini dapat dibaca dan ditindak lanjuti pimpinan negri ini. Besar harapan kelak tiada lagi kesemerawutan dalam pelayanan PT.Pelni. Khususnya, untuk kuota penumpang,makanan layak konsumsi, dan sarana prasarana yang menunjang keperluan jasmani seperti membuang kotoran tubuh. (Yulius FE/UNJ)

Dokumentasi :


Selasa, 30 Desember 2014

Beasiswa Data Print

Data Print dan Beasiswa

Cukup lama udah pakai data print, tinta suntik dengan kualitas yang baik. Setiap pembelian sih dapat kupon, tapi jarang dilirik. Ketika dibaca dengan cermat, ternyata kupon ini bisa ditukar dengan beasiswa loh. Tertarik untuk mendapatkan beasiswa dari data print, ayo segera isi tintamu dengan data print, dijamin kualitasnya, tidak langsung luntur selesai print.

Pembagian beasiswa dilakukan pada dua periode, yaitu :
Periode 1 : 1 Februari - 30 Juni
Periode 2 : 1 Juli- 31 Desember
Masing-masing periode mempunyai kuota sebesar 50 orang, program beasiswa hanya berlaku bagi pelajar SMP/SMA dan Mahasiswa D3/S1 yang masih aktif.

Untuk informasi lebih lanjut dapat diakses pada kedua situs ini ya :
http://www.beasiswadataprint.com 
http://www.dataprint.co.id

Jumat, 25 Juli 2014

Seputar Pilpres 2014

Menentukan Arah Demokrasi Kedepan 

Demokrasi menurut Abraham Lincoln adalah sebuah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Saat ini kita baru saja merayakan pesta demokrasi. Sebuah pemilihan umum (Pemilu) yang menentukan nasib hidup orang banyak. Agenda besar bangsa ini yang memungkinkan perbaikan kesejahteraan rakyat. Banyak jiwa menaruh harapan pada pemimpin yang mereka pilih.

Jalannya proses demokrasi yang baik dengan pengharagaan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dalam pemilu akan menunjukan jati diri bangsa di pentas politik Internasional. Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar nomor 3 di dunia, tentunya akan menjadi sorotan dunia dalam penyelenggaraan proses demokrasi yang baik, jujur, dan adil.

Politik yang sehat tentu menjadi syarat utama dalam menghasilkan masyarakat yang demokratis. Tanpa berjalannya politik yang sehat maka masyarakat demokratis akan kehilangan arahnya. Hal ini akan menyebabkan munculnya kebebasan yang tidak terkontrol, dan pada akhirnya akan menciderai demokrasi itu sendiri.

Bila kita lihat dari masa kampanye hingga hari Pemilihan Presiden (Pilpres), arah demokrasi terlihat cukup baik dengan tidak terlalu besar terjadinya gejolak dalam negeri yang mengintervensi hak masyarakat dalam memilih pemimpinnya. Hal ini merupakan buah dari reformasi yang menunjukan bahwa semakin membaiknya proses demokrasi di Negara ini.

Adanya gejolak pasca pilpres yang disebabkan oleh penayangan perhitungan cepat yang berbeda antar lembaga survey, hendaknya tidak menciderai demokrasi yang sudah kita bangun. Arah demokrasi yang sudah baik ini tentunya harus selalu kita kawal hingga pada hari penentuan oleh lembaga yang berwenang yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) .

Bila ada salah satu pihak yang menggugat, mari kita tunggu hingga penetapan oleh Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga tertinggi Negara agar tidak memicu keributan. Berdemokrasilah yang baik hingga tidak ada pihak yang dirugikan. Sebagai masyarakat yang cerdas hendaklah kita bijaksana dalam menanggapi pemberitaan.

Dilain pihak sebagai mahasiswa dalam kapasitasnya penyambung lidah masyarakat secara umum, saya ingin mengingatkan kepada semua pihak, bersama-sama mari kita hormati proses demokrasi yang sudah berjalan dengan baiki ini, jangan meracuni pikiran rakyat dalam bentuk apappn, biarkan masyarakat menunggu dan menerima hasil yang valid terkait Pilpres ini. Khususnya terhadap media, berikanlah informasi yang benar dan lengkap, jangan sampai memprovokasi.

Akhir kata, semoga arah demokrasi yang sudah baik, terus diperjuangkan hingga membuahkan pemerintahan yang baik pula. Semoga semua pihak yang pada akhirnya dikatakan kalah bisa menerima dengan ikhlas dan menyambut Presiden terpilih dengan pelukan hangat . Disaat itu pula dunia akan mengakui demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan baik. (Yulius/FE/UNJ)

Sabtu, 04 Januari 2014

Dinamika Dunia Malam dan Menanggulagi Efeknya


Sabtu, 23 November 2013
(Observasi Lokalisasi Kemayoran 1)

Lembar pertama observasi dimulai dari sini. Berdasarkan kesepakatan bersama, tujuan kelompok kita adalah dunia malam. Dunia yang dimana tersimpan sebuah cerita yang tidak lazim dikonsumsi masyarakat umum. Fokus kami adalah dunia prostitusi didaerah kemayoran. Daerah lokalisasi yang cukup dikenal masayarakat.

Ditemani cahaya rembulan kita mengumpulkan sedikit keberanian menghampiri Bapak Tua penjual minuman dengan sebuah strategi.  “Aquanya berapa Pak?”  Tanya kita pada Bapak tua itu. Setelah membeli minuman, kita gali sedikit informasi kecil mengenai daerah tersebut.

Konon diceritakan , wilayah yang kita singgahi ini merupakan area prostitusi . Langsung saja kita tanyakan Bapak tua ini dengan pertanyaan to the point . “ Pak saya denger, disini ada wanita malam ya?” Diluar dugaan ternyata Pak Tua itu tidak memungkiri hal tersebut, bahkan menyatakan diri bahwa ia seorang  muchikari “Iya bener Dek, Saya juga punya banyak anak buah disini”.

Melihat respon yang baik, kita mulai mengobrol sedikit tentang profesi yang ditekuni Pak Tua yang akhirnya kuketahui bernama Yanto . Beliau menceritakan bahwa Ia berjualan minuman hanya sebagai hiasan. Penghasilan ya tentu tidak seberapa lah dari minuman. Disamping berjualan, ternyata Pak Yanto juga menampung wanita-wanita muda, yang ingin terjun di dunia malam.

Tidak lama kami mengobrol, datang seorang Bapak yang kutaksir berusia 30 tahunan menghampiri Pak Yanto. Karena didatangi tamu dan hari yang sudah semakin larut, kita putuskan untuk berpamitan dan pulang terlebih dahulu dan mulai mengorek informasi dihari selanjutnya.

Pak Yanto berpesan agar datang kembali esok hari pukul 20.00 bila ingin bertemu dengan wanita malam yang tinggal bersamanya. Untuk pertemuan pertama kita harus datang maleman untuk berkenalan, namun jika sudah kenal dan dekat bisa ditemui kapan saja, begitulah kira-kira pesan Pak Yanto.



Senin, 25 November 2013
(Observasi Lokalisasi Kemayoran 2)

Selesai perkuliahan dan selesai menunaikan ibadah, kira-kira pukul 18.30 kita berangkat menuju kemayoran. Walau sudah cukup lelah dengan perkuliahan, tetap kita sempatkan waktu mengunjungi Pak Yanto dan daerah lokalisasinya. Setengah jam kemudian, sampailah kita di warung. Pak Yanto dengan wajah menyeringai menghampiri.
                                                               
Jika belum kenal dan baru pertama kali melihat, Pak Yanto terlihat cukup garang. Namun setelah bersalaman satu-persatu kegarangan berubah menjadi kehangatan . Seakan tak terlihat lagi rawutnya yang tadi cukup menyeramkan. Pak Yanto mempersilakan kami duduk dan mencicipi dagangannya.

Waktu sudah cukup malam, beberapa wanita sudah mulai menjajakan diri dijalanan berharap ada yang tertarik. Namun menurut cerita Pak Yanto, mereka yang berkeliaran dijalanan sudah mempunyai centeng dan mengejar setoran, sehingga tidak bisa didekati untuk sekedar mengobrol. Dalam sehari wanita muda yang berkeliaran dijalanan bisa saja mengantongi 1 juta per tamu. Bayaran untuk tiap wanita tidak sama, tergantung paras dan tawaran centeng kepada tamu. Untuk bayaran terendah adalah lima puluh ribu per tamu.

Dengan bekerja seperti ini, wanita-wanita malam itu dapat menghasilkan banyak uang tanpa harus bersusah payah. Kehidupan yang hedonis menjerumuskan mereka pada pekerjaan ini. Ketika kita tanya pada Pak Yanto, tentang kesehatan mereka, dan pernah tidak dilakukan tes kesehatan, jawabannya adalah tidak. Hal ini membuat kita semakin miris mendengarnya. Mereka tidak tahu bahaya apa yang mengincar, baik penyakit menular seksual ataupun obat-obatan terlarang.

Usai mengobrol tentang wanita-wanita malam itu, Pak Yanto mulai menyambung dengan cerita hidupnya. Pak tua ini mengaku diri duda dan berpisah karena istrinya tidak setia. Walau demikian banyak wanita muda hidup menemaninya. Beliau juga menceritakan petualangan hidupnya dari seorang pelayar, kuli bangunan, hingga menjadi pedagang seperti saat ini. Walau seorang penjual minuman Pak Tua ini juga mengaku mengenyam pendidikan yang cukup tinggi yaitu sampai dengan D3 Ahli Madya, teknik mesin. Jika diuji pengetahuannya, ternyata memang cukup berpengalaman dan berpengetahuan.

Waktu semakin larut malam dan menunjukan hamper pukul 22.00, akhirnya wanita muda yang dijanjikan kemarin datang. Kami pun ditinggal mengobrol. Dari obrolan inilah kami tahu bahwa wanita-wanita muda disini sudah banyak yang terjerumus obat-obatan terlarang dan tidak pernah tahu tentang kesehatan seksualnya.

Dari sinilah kami mulai berkonsentrasi untuk mengadakan aksi social dengan memberikan tes kesehatan gratis, serta penanggulangan narkoba, pada warga didaerah lokalisasi tersebut. Berakhirlah observasi hari kedua ini.

Rabu, 11 Desember 2013
(Observasi PKBI DKI Jakarta)

Matahari menjulang tinggi diatas kepala, saat itu pula kita sampai di markas PKBI DKI Jakarta, di daerah pisangan. Disini kita disambut oleh senyuman pria gemuk yang terlihat ramah. Kita diarahkan untuk menunggu di dalam yang juga merupakan tempat berkumpulnya kaum muda ceria.Setelah masuk kita segera berkenalan dengan kakak-kakak yang ceria sama seperti nama perkumpulannya.

Salah satu diantaranya yang kuingat adalah kakak cantik yang biasa dipanggil Kak Ica, ia  memulai pembicaraan dengan menanyakan maksud kedatangan kita. Secara runtut kita jelaskan maksud untuk mengajak PKBI bermitra dalam rangka menyelesaikan tugas perkuliahan dan melaksanakan sebuah aksi social didaerah lokalisasi yang belum dijamah petugas kesehatan.

Maksud ini disambut baik oleh Kak Ica, namun tentu saja bukan hanya dia yang berhak mengambil dan menentukan keputusan. Dia pun mulai mengajak diskusi pengurus lainnya. Singkat cerita mereka tidak berkeberatan dan mengatakan akan segera memberi kabar dalam waktu 3 hari.

Usai mengutarakan maksud tujuan dan diskusi , Kak Ica mulai mengganti fokus dengan memperkenalkan dan mengajak kita masuk dalam komunitas Central Media Muda (CMM). Didalam komunitas ini, kita akan diajarkan beberapa teknik jurnalistik dan teknik menjadi penyiar radio.  Ia menceritakan dan menjelaskan secara mendetail tentang CMM.

Menurut kita CMM adalah sebuah organisasi yang positif dan mampu mencegah dan menanggulangi pergaulan bebas yang tidak sehat. Disini para remaja bisa menyalurkan bakat dan talenta mereka dengan banyak kegiatan. Sebenarnya ketertarikan bergabung ada pada diri kita, hanya saja kita sangat disibukan dengan kegiatan perkuliahan sehingga tidak bisa berpartisipasi dalam komunitas ini.

Usai berbincang, kita pun segera berpamitan kepada Kak Ica dan pengurus lainnya. Waktu telah menunjukan pukul 14.30 kita mesti mengikuti perkuliahan sebentar lagi. Sebelum kembali ke Kampus, oleh Kak Ica kita diajak berkeliling di Puskesmasnya untuk menyaksikan proses dari awal seorang diterima hingga didampingi sampai pulang. Walau terlihat cukup sederhana, namun pengunjung Puskesmas ini cukup banyak.

Setelah mengikuti Kak Ica berkeliling dan mengamati proses penanganan pasien, kita pun segera berpamitan pergi dan tidak mengambil sedikit moment untuk diabadikan.  Tidak membuang waktu lagi,  kita segera kembali menuju kampus. Observasi hari ini pun berakhir.




Selasa, 17 Desember 2013
(Observasi Lokalisasi Kemayoran 3)

Setelah mendapat kabar dari PKBI DKI Jakarta, aksi social yang kita diskusikan kemarin mungkin dilaksanakan bekerjasama dengan PKBI Jakarta Timur, Kami pun segera ingin memberitakan kabar baik ini pada Pak Yanto dan minta agar diantar ke Pak RT.

Bekejar dengan waktu, kita sempatkan diri mengunjungi Pak Yanto, guna mengorek sedikit informasi lagi. Hari itu cuaca cerah dan terik menghiasi perjalanan kita. Tepat pukul 12.00 kita sampai dilokasi, langsung saja menghampiri rumah Pak Yanto yang mungkin dapat dikatakan gubuk dilihat dari bentuknya.

Berkali-kali mengetuk pintu dan mengucap salam, belum ada tanda-tanda kehidupan didalamnya. Setelah bosan memanggil dan mengetuk kita tanyai salah seorang tetangganya. Dengan terburu-buru pria itu menjawab kurang tahu, kemudian berlalu dari pandangan.

Tak menyerah kita ketuk lagi pintunya dan muncul seorang wanita dan bertanya "mencari siapa ya?" langsung saja kita jawab ingin mencari Pak Yanto. Wanita cantik itu menjawab bahwa Pak Yanto sedang diwarung. Baiklah dengan mengucapkan terima kasih dan salam perpisahan kita pun pergi.

Sampai diwarung satu-persatu kita bersalaman dan kemudian dipersilakan duduk dan ditawarkan minum. Seperti biasa dengan perawakannya yang ramah tamah dan suka mengobrol, Ia memulai pembicaraan dengan cerita petualangan hidupnya yang rasa-rasanya sudah sangat familiar.

Setelah cukup lama mengobrol, kita sudahi basa basi, mengingat sebentar lagi harus bergegas kembali kekampus mengikuti perkuliahan. Langsung saja kita jelaskan maksud dan tujuan untuk meminta restu Pak RT guna memuluskan aksi social kita nantinya,

Usai menjelaskan, kita meminta Pak Yanto agar diantarkan ke Pak RT setempat untuk mendiskusikan aksi sosial yang rencananya akan dilakukan akhir tahun di tempat ini. Pak Yanto pun menyudahi ceritanya dan mulai berjalan ke daerah perkumuhannya untuk mencarikan Pak RT.

Lama menunggu, Pak Yanto tidak kunjung kembali dan memberi kabar. Waktu terus berjalan, meninggalkan kita yang berdiam menunggu. Semakin mendekati waktu perkuliahan, kita pun mengabari Pak Yanto melalui pesan singkat (SMS) akan kembali lagi esok hari. Walau tidak mendapatkan hasil apapun, kita tetap mensyukuri observasi hari ini sebagai sebuah proses.


Rabu, 18 Desember 2013
(Observasi Lokalisasi Kemayoran 4)

Hari menjelang sore dan matahari telah berpindah ke Barat. Setelah kemarin berjanji akan kembali ke Pak Yanto, kita pun menepati janji. Pukul 18.00 sore kita sampai di warung. Pak Yanto mempersilakan duduk dan kembali menyambut dengan ceritanya yang tidak jauh berbeda dari kemarin.

Karena waktu yang sudah cukup larut, kita langsung ketujuan utama mencari Pak RT. Tidak berkata banyak lagi Pak Yanto mengajak kita ke gubuknya. Sesampai disana Pak Yanto tidak langsung mencarikan nomor telepon Pak RT, namun mulai menceritakan kembali hidupnya digubuk itu. Walalu agak jengkel yasudahlah, kita juga semakin paham tentang kaum yang termarjinalisasi dari ceritanya.

Lama mendengarkan cerita akhirnya diberikanlah nomor telepon itu. Salah satu dari kita mencoba menghubungi nomor yang diberikan. Tidak berapa lama terhubung, dan selesai berbicara terputus. Pak Yanto mulai bercerita kembali dan tak lama kemudian terdengar ketukan. Muncul sosok seorang lelaki berkumis tebal dibalik pintu. Pak Yanto pun segera mempersilakan masuk dan berpamitan ingin menjaga warung.

Langsung saja kita sampaikan maksud kedatangan meminta izin kepada pria berkumis itu untuk melakukan aksi social memberikan penyuluhan dan diskusi bersama warga. Ternyata Pak kumis yang tadinya kita sangka Pak RT, hanyalah seorang hansip. Namun beliau sangat mendukung ide dan gagasan kita dan mau mengantarkan ke Pak RT yang asli, hehe.

Baiklah, kita kemudian menyusuri kembali daerah kumuh tersebut untuk mencari Pak RT. Sebelum sampai pada Pak RT kita di bawakan ke rumah Sekretaris RT terlebih dahulu, entah apa tujuannya, yang jelas kita mulai sedikit gelisah karena di over-over. Dari rumah Sekretaris RT kita melanjutkan perjalanan kerumah Pak RT.

Sampai dirumah Pak RT, kita kembali menjelaskan maksud kedatangan secara runtut. Baik dari tugas perkuliahan hingga pada keinginan kita melakukan sebuah aksi social dengan memberikan pemeriksaan kesehatan (VCT) gratis bagi warga ataupun hanya sekadar penyuluhan dan diskusi.

Pak RT yang belakangan diketahui bernama Pak Suindar menyambut baik niat kita. Beliau terlihat antusias dan sangat terbuka. Hanya saja beliau juga berpesan agar menarik bagi warga, kita harus diberikan sovenir bagi mereka. Setelah berdiskusi kita pun menyanggupi dan mengucapkan terima kasih dan salam perpisahan. Observasi hari ini pun berakhir.


Selasa, 24 Desember 2013
(Observasi PKBI Jakarta Timur)

Dikarenakan Pak Direktur sedang berada di Puncak, kita tidak bisa bertemu dan berkonsultasi secara langsung dalam waktu dekat, hingga mesti menunggu Selasa depan, terpaksalah berkonsultasi dengan whatsapp messenger. Karena belum bertemu langsung maksud dan tujuan kami secara jelas dan mendetailnya belum tersampaikan ke Pak Direktur.

Hari yang ditunggu akhirnya tiba , tengah hari kita berkumpul di Kampus dan siap menyambangi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mitra kita untuk melakukan aksi sosial nantinya. Walau terbilang cukup jauh di daerah Ciracas sana, antusias kita tidak padam, demi menyelesaikan tugas perkuliahan dan tanggung jawab sosial. Setelah menunaikan ibadah, tepat pukul 13.00 kita berangkat.

Singkat cerita kurang lebih pukul 14.00 kita tiba di PKBI Jakarta Timur. Hanya terlihat seorang resepsionis didepan meja. Walau sudah membuat janji, di sana kita diminta untuk menunggu Pak Direktur yang sedang rapat mendadak. Menunggu dan hanya menunggulah yang dapat kita lakukan saat itu.

Hampir satu jam menunggu, ditemani hujan rintik-rintik, Pak Direktur tiba di tempatnya. Muncul kembali senyuman kita yang sempat hilang karena kepenatan. Diluar dugaan ternyata Pak Direktur yang sering kita panggil Kak Jun dan terlihat agak galak itu, ternyata tidak segalak penampilannya, bahkan sangat bersahabat .

Kita menjelaskan secara runtut gagasan yang telah dibicarakan sebelumnya ke PKBI DKI Jakarta dan kemudian diarahkan ke PKBI cabang Jakarta Timur. Tanpa berbasa basi lagi , kita segera mengutarakan tujuan untuk melaksanakan aksi sosial, tes kesehatan di daerah Lokalisasi Kemayoran dalam waktu dekat ini maksimal hingga akhir tahunlah.

Keterbatasan tim medis menjelang penutupan tahun dikarenakan ingin cuti dan sudah banyak jadwal penting lainnya , maka dengan alasan tersebut sudah tercerminkan ketidak sanggupan. Melihat kegelisahan kami Kak Jun yang baik hati, segera dan memberikan pilihan. Beliau menyarankan kita melakukan penyuluhan di daerah yang sudah dijangkaunya agar dapat difasilitasi dan didampingi , daerahnya yaitu di Panti Pijet, Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur.

Walau sedikit kecewa, karena rencana yang sudah kita persiapkan cukup matang terancam gagal. Banyak waktu kita terhening dan merenung hingga seseorang membuka suara. "Bagaimana ?" Tanya Kak Jun, memecahkan keheningan.

Selesai berdiskusi, kita pun menerima saran Kak Jun, dengan catatan kita harus melakukan observasi terlebih dahulu disana selama beberapa kali untuk mengenal lebih dekat dengan subjek yang akan kita berikan penyuluhan. Jangan sampai kita ditolak dan bahkan menyinggung mereka. Observasi hari ini pun berakhir.

Jumat, 27 Desember 2013
(Observasi Lokalisasi Panti Pijet )

Jumat tepat pukul 12.00 kita bertemu kembali dengan Kak Jun di PKBI DKI Jakarta, karena kebetulan beliau ada rapat disini. Kita dipersilakan memasuki ruang meeting untuk berkoordinasi dan memantapkan persiapan aksi nantinya.

"Jadi bagaimana?" tanya Kak Jun memulai pembicaraan. Kita mulai berdiskusi kembali, Kak Jun mengarahkan untuk membuat materi yang akan disampaikan dalam penyuluhan dan diskusi nantinya.

Content yang harus dimasukan dalam penyuluhan menurut Kak Jun adalah mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS), Pemeriksaan Kesehatan (VCT), Penggunaan Kondom yang tepat. Hal-hal tersebut merupakan materi yang standar digunakan dalam penyuluhan dan diskusi di daerah lokalisasi.

Selesai berbicara materi, dan melihat contoh presentasi yang sudah ada, kita mulai mengerti dan mempunyai gambaran untuk menyajikan materi yang akan disampaikan nantinya. Waktu menunjukan pukul 13.00, Kak Jun mesti segera menghadiri rapat dan kita pun segera berpamitan.

Setelah pertemuan dengan Kak Jun kita kembali ke kampus dan segera mengikuti Ujian Akhir Semester . Setelah ujian berakhir, kita berkumpul kembali mendiskusikan teknis lapangan untuk aksi sosial nantinya.

Setelah berdiskusi kita membentuk panitia kecil dan membagi-bagi tugas untuk mempersiapkan acara . Setelah pembentukan panitia dengan masing-masing jobdesk, kita mempersiapkan diri untuk survey lokasi dan melakukan pendekatan ke panti pijat yang akan diberikan penyuluhan.

Dalam survey kali ini kita sedikit mewawancarai Ibu yani pemilik Panti Pijet dan membagikan kuesioner pada keenam staff-nya . Isi wawancara yang diambil secara eksklusif dapat dilihat pada lampiran video diakhir laporan ini. Setelah mengobrol sedikit kami berpamitan pulang dan inilah akhir dari observasi kita. Aksi sosial akan dilakukan pada tanggal 30 Desember 2013. Simak aksi kita dipostingan selanjutnya.

Senin, 22 Juli 2013

KJS, Inovasi Semerawut?

Senin, 22 Juli 2013

KJS, Inovasi Semerawut?


KJS, Inovasi Kreatif ataukah Inovasi Semerawut?
Tak asing lagi masyarakat mendengar Kartu Jakarta Sehat (KJS). Program unggulan Pemprov  DKI Jakarta, yang sering digembar-gemborkan. KJS merupakan inovasi baru dibidang kesehatan, yang diperkenalkan awal April 2013. 
Pembagian KJS yang dilakukan secara bertahap, disambut antusias oleh masyarakat.. Riwayat penyakit, pembiayaan, dan ketersediaan tempat diseluruh rumah sakit yang terintegrasi KJS, dapat dilihat melalui situs http://kjs.praskes.com . Dengan inovasi pelayanan kesehatan terpadu ini, penyakit masyarakat diseluruh wilayah Jakarta dapat dipetakan.
Menurut Pak Gubenur, yang akrab disapa Jokowi, KJS akan menjadi awal revolusi dibidang kesehatan. Beliau juga menyatakan siap, melayani 3,3 juta warga miskin yang layak mendapatkan pelayanan kesehatan gratis. Perlu diingat bersama, sasaran penerima bantuan ini adalah mereka yang benar-benar tidak mampu. 
Beriring jalanya waktu, program KJS yang awalnya disambut antusias warga, pada akhirnya menjadi boomerang bagi Pemprov DKI Jakarta. Penerapan yang kurang matang, mekanisme pembayaran yang rancu, kriteria penerima yang tidak jelas, keluhan dokter karena membeludaknya pasien, inilah yang menjadi titik tolak semerawutnya program unggulan tersebut.
Belum selesai membenahi diri, keberadaan KJS kembali diperparah dengan pernyataan mundurnya 16 rumah sakit, yang awalnya bermitra dengan KJS. Melihat ini, maralah wakil rakyat di DPRD DKI Jakarta.  Mereka mengusulkan hak interpelasi, untuk meminta pertanggungjawaban pada Gubenur.
Dari serentetan hal di atas, tidak hanya menjadi tugas Pak Jokowi beserta jajaran, dalam mewujudkan Jakarta sehat. Masyarakat harus turut aktif membantu pemerintah dalam mewujudkan impian bersama menuju kualitas kesehatan Jakarta yang lebih baik.
Upaya mewujudkan impian tersebut, dan menyelaraskannya dengan KJS, tidak lah perlu hal besar. Cukup dengan memulai gaya hidup sehat. Hidup sehat itu masih gratis toh? Mungkin beberapa  tips konkretnya mudah saja, makan-makanan bergizi, walau punya KJS tidak manja terhadap penyakit. Disamping sehat jasmani juga harus sehat rohani. Jika diberikan KJS, namun merasa mampu, sebaiknya mempunyai kesadaran untuk menolak dan merekomendasikan pada yang lebih membutuhkan. 
Tidak terlepas dari campur tangan dan partisipasi warga, pemerintah masih harus bekerja keras untuk merampungkan KJS. Menurut sebagian orang, KJS masih merupakan inovasi semerawut. Menjadi tugas Pemprov DKI Jakarta saat ini, tidak lain adalah membuktikan dan mengembalikan eksistensi dari inovasi kesehatan yang tadinya dikatakan semerawut, menjadi inovasi kreatif.
Saya kira, dalam melihat sebuah fenomena dibutuhkan kebesaran hati untuk membuka cakrawala pemikiran (open minded), lihatlah gambaran utuh dari sebuah permasalahan. Jangan hanya melihat dari satu sisi, seperti melihat Hanphone dari sisi depannya saja, sehingga tercipta penafsiran yang berbeda antara yang melihat sisi depan, dan yang melihat sisi belakang.
( Yulius / FE UNJ)